Sabtu, 04 Desember 2010

Tugas Feature yang harus benar-benar diperbaiki


Hilangnya Keramahan Jakarta


Jakarta, kota Metropolitan yang menampung lebih dari 2 juta penduduk ini adalah kota yang memiliki daya tarik luar biasa baik dalam ataupun luar negri. Daya tarik karena keramahan dan kekejamannya.


Setiap tahunnya Jakarta mendapat ribuan penduduk baru, penduduk yang berdatangan dari berbagai daerah dan suku dengan satu tujuan yang sama “Mengubah Nasib di Ibu Kota”. Meski tanpa pendidikan, keterampilan dan skill yang memadai. Orang-orang ini rela meminjam uang bahkan menjual harta benda mereka di kampung agar bisa sampai di Jakarta.


Hal ini lah yang menyebabkan selalu bertambahnya jumlah penggangguran dan kemiskinan di Jakarta. Pertambahan penduduk yang besar tidaklah seimbang dengan lapangan pekerjaan yang ada. Hingga banyak dari para perantau yang tak mampu bertahan. Mereka tergusur oleh orang-orang yang memiliki kemampuan dan skill yang lebih baik.


Jangankan para perantau, mereka yang asli Jakarta pun banyak yang menjadi pengangguran yang akhirnya tak sedikit dari mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuap nasi untuk diberikan ke keluarganya. Jakarta kini tak lagi terkenal dengan keramahannya, patung Selamat Datang pun maknanya bukan lagi memanggil masyarakat dari daerah lain untuk datang berkunjung tapi mengusir mereka untuk pergi dari kota Meropolitan ini.


Kini keramahan hanya datang untuk orang-orang yang bergelimang harta dan kekuasaan.


Belum lagi permasalahan-permasalahan lain. Permasalahan yang timbul akibat ulah manusianya sendiri. Banyaknya pabrik yang didirikan tanpa pengelolaan yang tidak cermat untuk membuang limbahnya ke kali atau sungai disekitaran Jakarta. Belum lagi penduduk Jakarta itu sendiri yang tidak patuh membuang sampah pada tempatnya sehingga membuat kali dan sungai tercemar, penuh sampah dan berbau tidak sedap. Banyak dari mereka brpikiran dimana dia menginjakkan kaki di situlah tempat sampah.


Ditambah lagi berubahnya bantaran kali menjadi perkampungan, gedung-gedung perkantoran, mall bahkan apartemen yang dibangun didaerah resapan menjadi faktor utama timbulnya bencana “BANJIR”. Bencana yang setiap tahunnya menimpa Ibu Kota. Yang sampai saat ini masih digodok oleh pemerintah untuk mencari jalan keluarnya.


Selain itu, Kendaraan bermotor yang setiap harinya selalu bertambah juga menjadi permasalah yang sampai saat ini belum ada jalan keluarnya. Keadaan ini tak hanya berdampak pada lalulintas Ibu Kota yang selalu mengalami kemacetan tapi berdampak juga pada kesehatan udara yang kita hirup.


Kini mata kita tak lagi bisa melihat penghijauan dan udara sejuk yang aman untuk kita hirup, yang terlihat hanya gedung bertingkat dan mewah yang berbatasan langsung dengan perkampungan kumuh, sungai yang airnya berwarna hitam dan dipenuhi sampah. Udara yang bercampur dengan asap kendaraan bermotor, limbah asap pabrik dan zat-zat beracun lainnya.


Kota yang menyimpan berbagai harapan dari seluruh lapisan masyarakat ini tak lagi menjadi kota idaman untuk disinggahi. Tak lagi ada keramahan untuk orang yang lemah. Hukum rimbalah yang saat ini berlaku Jakarta.